Sejarah Menwa Indonesia
Sejarah Menwa bisa dilacak sampai 52 tahun yang lalu. Yang mengawali nya adalah keterlibatan mahasiswa FK-Unpad dalam penumpasan DI/TII Karto suwiryo, 1959. mereka diikutsertakan langsug dalam operasi militer tersebut, sesudah memperoleh latihan militer di Kodam militer Siliwangi.
Tim ini kemudian berkembang menjadi Resimen Mahawarman dan diresmikan pada 13 Juni 1959. sesudah mahawarman , di UI Jakarta dibentuk pula resimen serupa dengan nama mahajaya, pada 1962. perkembangan di kedua universitas ini menjadi daya dorong bagi Resimen mahasiswa—sebagai salah satu unsure pertahanan sipil(Hansip)—di banyak perguruan tinggi Indonesia lainnya.
Namun yang dilakukan menwa pada saat itu bukanlah untuk melawan para Mahasiswa sendiri. Misalnya Soekarno mengomandokan “Trikora”, para anggota Menwa menjdai bagian dari tim sukarelawan yang dikirim ke Irian Jaya. Jadi betul-betul terjun ke medan pertempuran. Tugas intelijen mulai dilakukan mereka di saat-sat menjelang akhir rezim orde lama.
Kampus memang menjadi ajang politik yang sangat hangat saat itu. Menwa berfungsi sebagai mata telinga ABRI di kampus dalam rangka menangkap penyusupan PKI ke kampus-kampus. Menwa misalnya menjadi salah satu garda terdepan dalam berhadapan dengan organisasimahasiswa yang berafiliasi dapa PKI, CGMI, Karena keefektifitasnya, konon DN Aidit, ketua komite sentral PKI pernah meminta kepada Presiden Soekarno unutk membubarkan Menwa.
Di era orde baru salah satu perkembangan terpenting dalam perjalanan Menwa adalah keluarnya surat Keputusan Bersama tiga Menteri, Mendikbud, Menhankam, mendagri No.Kep/39/XI/1975 tanggal 11/11/75 ttentang pembinaan organisasi Menwa ; yang ditindak lanjuti dengan SKB menhankam,Mendikbud, dan Mendagri No.Kep 02/!/1978 tanggal 19/1/1978 tentang petunjuk pelaksanaan Pembinaan menwa .
secara umum sasaran pembinaan menwa di arahkan pada :
1. terwujudnya menwa sebagsai patriot pejuang, pelopor dalam pembangunan sebagai inssan Pancasila yang bertakwa kepada Tuhan YME
2. terwujudnya identitas Menwa sebagai mahasiswa Indonesia yang terlatih dan sadar akan jawabnya dalam pembangunan negara serta menjunjung tinggi Tri Dharma Perguruan Tinggi selain sebagai komponen kekuatan Hankam
3. tewujudnya penghayatan, penyerapan serta pelaksanaan tekad dan pendirian menwa Indonesia sebagai sumpah setia terhadap Pancasila dan UUD 1945.
Melalui konsep NKK/BKK, yang dicetuskan oleh DR. Daoed Joesoef, Mendikbud waktu itu, Menwa ditempatkansebagai salah satu unit kegiatan resmi di tingkat universitas. Dengan merka mempunyai kesejajaran dengan unit kegiatan mahasiswa (ukm) lainnya seprti Pecinta Alam, marching Band, Pramuka , pers kampus dll. Mereka digolongkan dalam pembianaan minat, bakat dan Kegemaran. Namun secar astructural pembinaan meliputi tran- departemental, disitulah awal “konflik” itu barangkali timbul.
Dalam wacana kemahasiswaan,mereka dibawah mendikbud, karena semata-matamereka adalah mahasiswa Indonesia , yang juga mahasiswa Indonesia lainnya yang memiliki status nahasiswa. Unsur pembinaan dari menhankam , oleh karena itu secara atributifdan posisi mahsiswa itu dibekali dengan teori-teori dan ketentaraan dan kesatrian yang seperti yang dicontohkan untuk mi;literkita, dan berkaitan dengan Depdagri, karena walau bagaimanapun, sebagai salah satu bentuk dari unsure bela negarra, maka dia ditempatkan di bawah koordinasi Pertahanan sipil, yakni Mawil hansip. Jadi memang secara structural pula, menwa adalah slitis.
Sedang aspek paling menonjol karena fungsi kesetaraan itu di Indonesia itu untuk trend sekarang dibawah Orde Baru adalah bahwa ABRi ikut terjun dalam dunia politik, maka sulit rasanya di elakkan kalau dikatakan bahwa mereka pun telah memainkan fungsi-fungsi dari DWI-fungsi ABRI. Ini pulalah memicu tuduhan bahwa mereka dalam performansinya lebih mirip tenteara dari pada sebaga I sosok mahasiswa. Ini terlihat dari atribut yang dikenakan , dari cara berjalan , dan secara psikologis jiwa sesama korps (espirit de corps) lebih kuat karena mereka digodok di kawah candradimuka unutk beberapa minggu. “Setting” politik ini memang tak menguntungkan Menwa “generasi baru” in. sejak awal mereka diposisikan sebagai pengamanan kampus yang harus berhadapan dengan gerakana-erakan mahasiswa yang semakin terdesak ke dalam kampus. Saat itu lazim terdengar ejekan kepada menwa sebagai “alat penguasa”. Kerana sejak akhir 1970-an, mereka cenderung diminorkan oleh mahasiswa relatifmenyusut, sumber perselisihanantar menwa dengan non-menwwa berlangsung pada wilayah ini. Karena, terkadang , persoalan sepele—perbedaan penafsiran tentang kedisiplinan misalnya--- menwa ditempatkan sebagai penjaga kepentingan dan pimpinan perguruan tinggi setiap kali terjadi konflik dengan mahasiswa
Sejarah Menwa Satuan 904/Kalayudha
Resimen Mahadipa termasuk salah satu yang tertua di antara Resimen Mahasiswa di Indonesia, berdiri pada tanggal 15 Oktober 1963, diresmikan oleh Jenderal TNI A.H. Nasution sebagai Menhankam.
Ketika pertama kali dibentuk berdasarkan surat-surat yang dikeluarkan oleh Panglima Daerah Militer IV/Diponegoro selaku Penguasa Perang Daerah Tingkat I Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu :
1. Surat Keputusan No. Kep. PPD/0040/3/1966 tanggal 15 Maret 1966,
2. Surat Perintah No. Prin PPD/0080/4/1966 tanggal 29 April 1966 dan
3. Surat Keputusan No. Kep. PPD/00103/7/1966 tanggal 27 Juli 1966,
nama yang ditetapkan adalah Mahapurwa.
Dengan demikian, secara lengkap di Jawa Tengah terdapat 5 resimen, yaitu:
* Mahapurwa (Korem 071 : Banyumas-Pekalongan)
* Mahakarta (Korem 072 : DI Yogyakarta-Kedu)
* Mahamuria (Korem 073 : Semarang-Pati)
* Mahasura (Korem 074 : Surakarta)
* Mahasemarang (Korem 0733 : Kota Madya Semarang)
Saat didirikan, Resimen Mahapurwa berkekuatan lima batalyon, yaitu :
* Yon Jenderal Soedirman,
* Yon Jenderal Gatot Soebroto,
* Yon Jenderal Ahmad Yani,
* Yon Jenderal Soeprapto dan
* Yon Baurekso.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah selaku Kepala Markas Daerah Pertahanan Sipil IX Jawa Tengah bernomor : Skep-Mada/11-2/IV/1977 tanggal 25 April 1977, semua resimen yang ada tersebut (5 resimen) dibentuk kembali dalam nama menjadi Resimen Mahadipa. Warna baret yang digunakan adalah kuning.
Sampai dengan tanggal 16 April 1978, Komen Mahadipa telah mampu membentuk enam satuan dalam lingkungan perguruan tinggi negeri, yaitu :
* Satuan A / Universitas Diponegoro (Undip) Semarang
* Satuan B / Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Semarang
* Satuan C / Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Semarang
* Satuan D / Universitas Jendral Sudirman (Unsud) Purwokerto
* Satuan E / Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta
* Satuan F / Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Walisongo Semarang
Prof. Dr. H. Muladi, SH (mantan Rektor Undip), salah seorang purnawira Mahadipa, adalah adalah mantan anggota Kabinet Reformasi, berturutan sebagai Menteri Kehakiman dan Mensesneg.
Berdirinya Satuan 904 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah Nomor : Skep/Mada/II/2/IV/1977 tanggal 25 April 1977 yang selanjutnya diperingati sebagai hari jadi Satuan 904/Kalayudha.
Pada tahun 1980 terjadi perubahan nama dari "Satmenwa D" menjadi "Batalyon D".
Pada tahun 1985, terjadi perubahan nama dari "Batalyon D" menjadi "Batalyon 904".
Pada tahun 1995 nama "Batalyon 904" menjadi "Satuan 904 Universitas Jenderal Soedirman".
Pada tahun 1996, Satuan 904 secara resmi diberi nama "Kalayudha", sehingga menjadi "Satuan 904/Kalayudha". Nama ini sendiri sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 1987 dan telah digunakan secara tidak resmi.